Sabtu, 13 Maret 2010

membaca saiyidina dalam shalawat (dalam shalat).

PEMBUKA

Bismillahirrahmanirrahim.

suatu masalah agama yang tampaknya kecil, bisa menjadi besar pada hakikatnya.
dikatakan kecil karena hanya menyangkut sepatah kata, tetapi besar karena berhubungan langsung dengan Nabi Muhammad Saw. yang sangat dihormati.
Ulama-ulama Sunny dan pengikutnya sedari dulu membaca "saiyidina" ketika bershalawat. Mereke bershalawat begini :
"Allahummasholli'ala saiyidina muhammad wa 'ala aali saiyidina muhammad"
terjemahannya (kurang lebih) :
"Ya Allah, turunkanlah rahmatMu kepada 'saiyidina' Muhammad dan kepada keluarga 'saiyidina' Muhammad.

Mereka tidak membiasakan diri membaca shalawat tanpa "saiyidina", seperti :
"Allahumma sholli'ala muhammad wa 'ala aali muhammad."
terjemahannya (kurang lebih):
"Ya Allah, turunkanlah rahmatMu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad."

Kemudian -"di modernisasi agama" juga- timbul fatwa-fatwa baru yang mengatakan bahwa membaca "saiyidina" dalam mengucapkan shalawat kepada Nabi itu tidak baik. Lebih baiknya dihentikan.

ARTI KATA "SAIYIDINA"

"Saiyid" adalah bahasa Arab yang artinya "penghulu".
"Saiyidina" berarti "penghulu kita".
Penghulu adalah orang yang dimuliakan dalam suatu kelompok manusia dan dijadikan pimpinan dalam segala urusan.
Logikanya kalau kita katakan bahwa Nabi Muhammad Saw. "penghulu kita", maka itu berarti bahwa beliau adalah orang yang kita muliakan, yang kita hormati, yang kita jadikan sebagai contoh teladan serta pimpinan.
Nah sekarang kalau kita mengucapkan "saiyidina Muhammad" maka itu berarti kita telah memuliakan beliau sebaik-baiknya, sesuai dengan kedudukan beliau yang sebenarnya (orang yang sangat dihormati, sangat dimuliakan bahkan oleh Allah Swt sekali pun).

DALIL-DALIL FATWA

1. Allah Swt. berfirman (terjemahannya kurang lebih begini) :
"Maka mereka yang beriman pada Nabi, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti Qur'an yang diturunkan kepadanya, mereka itulah yang beruntung mendapatkan kemenangan"
(Al-A'raf : 157)
* dari keterangan di atas dapat diambil sesuatu : bahwasanya orang yang memuliakan Nabi (salah satunya) adalah orang yang beruntung mendapatkan kemenangan.

2. Allah Swt. berfirman (terjemahannya kurang lebih) :
" Bahwasanya Allah dan Malaikat-malaikatNya shalawat kepada Nabi. Hai sekalian orang mukmin, hendaklah kamu shalawat pula kepada Nabi dan memberi salam sebaik-baiknya kepada beliau." (Al-Ahzab : 56)

*Dari keterangan di atas jelaslah bahwa Allah dan Malaikat-malaikatNya bershalawat kepada Nabi, perintah kepada orang mukmin untuk bershalawat pula kepada Nabi dengan sebaik-baiknya kepada beliau.

3. Tersebut dalam sebuah kitab Hadits :
Dari Abu Hurairah beliau berkata : Berkata Rasulullah Saw : Saya Penghulu anak Adam pada hari qiamat. Orang yang paling dahulu muncul dari kubur, orang yang paling dahulu memberi syafa'at dan orang yang paling dahulu dibenarkan memberi syafa'at."(HSR.[Hadits Shahih Riwayat] Imam Muslim - Syarah Muslim XV - hal 37)
Hadist ini menerangkan :
1. Nabi Muhammad Saw. adalah Penghulu anak Adam seluruhnya, baik di dunia maupun diakhirat.
2. Nabi Muhaammad Saw menyatakan diri beliau Penghulu anak Adam dengan maksud dan tujuan :
a. mengabarkan yang benar yang mesti dikabarkan kepada ummat mereka mengetahui, menyesuaikan amal pekerjaan dengan hal itu dan menghormati beliau.
b. menjalankan perintah Allah Swt. karena Allah Swt. menyuruh beliau mengabarkan nikmat yang diterimanya dari Allah Swt.
Jadi, membaca "Saidina" dalam mengucapkan shalawat justru dalam rangka mengamalkan apa yang dikatakan Nabi Saw.

4. Allah Swt. berfirman :
"Janganlah kamu memanggil Rasul sabagaimana panggilan sesama kamu." (An-Nur : 63)
*ayat ini menyatakan bahwa memanggil Nabi muhammad Saw. mestilah secara hormat dan sopan, misalnya dengan : -Ya Rasulullah Saw.
-Berkata Nabi Muhammad Saw.
-Demikian menurut Penghulu kita Nabi Muhammad Saw.
- dan contoh-contoh yang lainnya.
janganlah dengan panggilan sesama kita, misalnya :
- berkata Muhammad
-demikian sabda Muhammad.
- dan lain sebagainya.

PENUTUP
Demikianlah pembahasan tentang membaca saiyidana dalam mengucapkan shalawat kepada Rasulullah Saw.
Mudah-mudahaan dapat difahami dan berfaedah bagi kita khususnya dan umat Islam pada umumnya sehingga kita dapat tetap menghormati, memuliakan dan mengjungjung tinggi Nabi Muhammad Saw. yang kita cintai. Amiin ..

Jumat, 12 Maret 2010

Membaca Al-Fatihah di belakang Imam

Bismillahirmanirrahim.

Pernah suatu hari, ada seorang teman bertanya kepada saya : "sebenernya kalo setelah imam selesai membaca surat Al-Fatihah dan makmun membaca 'amiin' setelahnya dalam shalat, salah ngak sih kalo (si makmum) membaca Al-Fatihah .. katanya.
Lalu saya jawab begini : kalo menurut saya sih bagusnya begitu.., karena :

1. Dalam sebuah kitab hadits disebutkan :
" Dari Ubadah bin Shamit beliau berkata : Sembahyang Rasulullah bersama kami, yakni sembahyang yang dinyaringkan suara membaca Qur'an (sembahyang jahar*), maka Nabi berkata (sesudah sembahyang) : Janganlah seorang juga membaca Qur'an di belakang saya kalau saya mengeraskan suara, kecuali membaca Ummul Qur'an**" (Hadits riwayat Imam Nisai).

*(sembahyang/ shalat Subuh, Magrib, atau Isya)
** Yang dimaksudkan adalah Al-Fatihah (Induk Al-Qur'an)

2. Tersebut pula dalam sebuah kitab Hadits :
"Dari Ubadah bin Shamit, beliau berkata : Adalah kami sembahyang di belakang Rasulullah Saw. sembahyang Subuh, maka Rasulullah membaca ayat al Qur'an agak berat bagi beliau. Sesudah sembahyang beliau bertanya : Apakah kaamu membaca Qur'an di belakang imammu? Jawab mereka :"Ya". Nabi menjawab : Jangan kamu membaca, kecuali Fatihah, karena tidak sah sembahyang tanpa fatihah." (H.R. Imam Abu Daud)

3. Dalam sebuah kitab hadits, di sebutkan sebuah hadits :
"Dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Saw., beliau berkata : Barangsiapa sembahyang tidak membaca "Ummul Qur'an maka ia khidaj*, 3 kali, tidak sempurna. Ketika itu ada orang bertanya kepada Abu Hurairah, bahwasanya kami di belakang imam? Jawab Abu Hurairah : Bacalah dengan keadaan bersembunyi (dengan sir**). (H.R. Imam Muslim)

*kurang rukunnya, tidak sempurna
** dibaca dengan pelan (didengar hanya si pembaca saja)

4. Tersebut pula dalam kitab Hadits :
" Tidak sah sembahyang yang tidak dibaca dalamnya fatihah Kitab" (H.R. Imam Bukhari dan Muslim)

Jelaslah dari keterangan-keterangan di atas bahwa kita memang diharuskan untuk membaca Surat Al-Fatihah (Ummul Qur'an) di belakang imam karena bila tidak, tidak sah lah (tidak sempurna/ kurang rukunnya) shalat kita...

Alhamdulillah.. :)

Itulah sekiranya penjelasan yang dapat saya jelaskan untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan dari teman saya kepada saya..
Sekian dan Terima kasih .. :)

Menutup aib seseorang ..

Bismillahirrahmanirrahim..

Mungkin sudah tak asing lagi untuk kita jika ada seseorang yang menceritakan keburukan orang lain (padahal dia tau hal itu sebuah aib), atau malah diri kita sendiri. Saya tak tau alasan pastinya mengapa mereka melakukan hal itu, mungkin karena mereka tak tau bahwa hal itu adalah perbuatan tercela, jadi seenaknya melakukannya. Namun yang menjadi masalah adalah keseringan mereka (membuka aib) sehingga hal ini dapat saja menjadi sebuah kebiasaan yang buruk yang terus-menerus akan dilakukan oleh kebanyakan orang.. dan bahkan mungkin tak akan ada ujung , semoga saja tidak demikian .. amin.., karena :

1. Allah Swt berfirman : "Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat." (An-Nuur : 19)

ayat di atas menjelaskan bahwa seseorang yang menyiarkan berita (aib seseorang) maka bagi mereka adalah azab yang pedih di dunia dan di akhirat..

Dalam sebuah hadits dijelaskan :
Dari Abu Hurairah ra., Nabi Muhammad Saw., beliau bersabda :"Orang yang menutupi kejelekan orang lain di dunia, kelak Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat." (H.R. Muslim)

Dari hadits di atas jelaslah untuk kita bahwa Allah Swt. akan menutupi kejelekan (aib) kita apabila kita menutupi aib orang lain di dunia ini .., baik itu kejelekan yang kecil maupun yang besar.

Alhamdulillah ..
sekian penjelasan dari saya ..
Semoga dari keterangan-keterangan di atas, dapat merubah perilaku kita dan orang lain (muslim) yang asalnya suka membicarakan kejelekan (aib) orang lain, menjadi orang yang senantiasa menjaga aib orang lain yang kita ketahui.. amiin ..
Terima kasih .. :)

Kamis, 11 Maret 2010

Daging yang meragukan..

Bismillahirrahmanirrahim.

Misalkan kita membeli daging (ayam/sapi) di pasar yang kita tidak ketahui halal/haramnya (cara penyembelihannya) ..., atau makan daging (ayam/sapi) di warteg, restoran, dan warung makan lainnya yang mana daging tersebut tidak diketahui oleh kita..., bagaimana ya hukumnya apabila kita memakan daging itu..?

* Dalam KItab Hadits Shahihul-Bukhari, ada satu bab penyembelihan dan semacamnya, di mana ada sebuah hadits yang diriwayatkan Siti 'Aisyah rda., beliau berkata : "Sesungguhnya ada Jamaah menanya Rasulullah Saw. Sesungguhnya ada Jamaah mendatangi kami dengan membawa daging, kami tidak mengetahui, apakah mereka telah membaca Bismillah atasnya (waktu menyembelihnya) atau tidak? Dijawab : Bacalah kamu bismillah atasnya dan makanlah."

Maka terjawablah pertanyaan di atas..
Bahwa apabila kita mendapatkan sebuah makanan (daging/umumnya) yang akan kita makan lalu kita tidak tahu (secara langsung) bagaimana cara penyembelihannya .. (apakah atas bacaan bismillah atau tidak).., maka kita dapat memakan daging tersebut dan bacalah bismillah atas daging itu.. (dan yg terpenting jangan sampai makanan itu dapat merusak tubuh kita/menjadi penyakit bagi tubuh)..

Alhamdulillah ..
itulah penjelasan yang dapat saya sampaikan
Sekian dan terima kasih .. :)